Wednesday, February 9, 2011

Cara Kerja Tuhan Yang Tak Terpikirkan

Sekitar dua tahun yang lalu, saya dihubungi oleh seorang anggota rayon di mana saya menjadi pembina rohaninya. Ia meminta saya untuk mendoakan tetangganya yang beragama Budha yang sedang terbaring di ICU di sebuah Rumah Sakit karena heart attack. Ketika saya datang, istri dan anak dari si sakit memohon supaya orang yang mereka cintai bisa disembuhkan. Bahkan mereka berjanji kalau bapak itu disembuhkan maka mereka sekeluarga akan mengikut Yesus. Janji itu membuat saya bersemangat berdoa memohon supaya Tuhan sembuhkan si bapak.
Sebelum berdoa, saya mengambil waktu sebentar untuk menceritakan tentang Yesus yang menyelamatkan orang berdosa dan menyembuhkan orang sakit. Saya tekankan bahwa yang terutama adalah keselamatan jiwa dulu, barulah kemudian kesembuhan tubuh. Dan puji Tuhan, dengan penyampaian yang sederhana dalam waktu yang relative singkat, bapak itu menerima Yesus sebagai Juruselamat. Kemudian kami pun berdoa bersama-sama.
Hari berikutnya saya datangi mereka, coba sirami iman si bapak yang baru tumbuh dan berdoa bersama keluarganya lagi. Tapi, ketika datang untuk yang ketiga kalinya saya sangat terkejut karena Roh Tuhan memberitahu saya bahwa bapak yang sakit akan meninggal hari itu. Terus terang, saya bergumul dengan diri sendiri karena keluarga tetap meminta supaya saya mendoakan supaya bapak itu sembuh. Saya berpikir, jika saya berdoa untuk menyerahkan jiwa si bapak kepada Tuhan (lazim disebut ‘doa penyerahan’ – dilakukan untuk orang yang akan meninggal) maka keluarga pasti akan tersinggung. Sedangkan kalau saya berdoa supaya bapak itu sembuh, maka bisa jadi saya tidak akan sempat menyerahkan jiwanya ke dalam tangan Tuhan, dan keluarganya mungkin akan meragukan kekuasaan Yesus sebagai Tuhan.
Akhir dari pergulatan batin itu membuat saya memutuskan untuk bertindak sesuai dengan suara Tuhan. Tuhan pun memberikan saya hikmat untuk menjelaskan kepada keluarga itu bahwa manusia hanya bisa berusaha tapi Tuhan tahu yang terbaik dan kehendak Tuhan sajalah yang akhirnya akan berlaku. Puji Tuhan! Keluarga menerima penjelasan saya, dan dengan bahasa yang ‘halus’ saya pun berdoa untuk menyerahkan jiwa bapak itu kepada Tuhan.
Eh.. belum sampai lima menit kami keluar dari ruang ICU, dokter datang menyampaikan bahwa si bapak sudah meninggal… Saya langsung lemas! Gak mungkin lagi keluarga itu akan percaya kepada Tuhan Yesus! Tapi di sisi lain saya dihiburkan, setidaknya bapak itu sudah percaya kepada Tuhan dan saya pun tidak menentang suara Tuhan dalam hati saya. Soal keluarga itu mau percaya Yesus adalah Tuhan atau tidak, sepenuhnya saya serahkan kepada Tuhan. Walaupun begitu, untuk beberapa hari lamanya saya seperti ‘menyesalkan’ keputusan Tuhan yang tidak menyembuhkan bapak itu yang otomatis menutup peluang anggota keluarganya bertobat.
Hampir sebulan kemudian, saya dikejutkan dengan kedatangan keluarga tersebut ke kebaktian rayon. Tetapi saya kemudian coba untuk menahan diri dengan menganggap bahwa mungkin mereka datang hanya sebagai bentuk ungkapan terima kasih atas apa yang saya telah lakukan bagi suami/bapak mereka. Ternyata dugaan saya salah, karena sampai hari ini keluarga itu tetap setia beribadah bahkan bertumbuh dalam iman mereka kepada Yesus.
Beberapa bulan yang lalu, kembali saya dihadapkan pada kasus yang hampir sama. Seorang bapak beragama Budha yang mengalami gagal ginjal dan sudah sering keluar-masuk Rumah Sakit meminta untuk didoakan supaya sembuh, dengan janji bahwa ia dan keluarganya akan mengikut Yesus jika disembuhkan. Sebelum berdoa, lagi-lagi saya beritakan Yesus kepadanya. Dan lagi-lagi puji Tuhan, bapak itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Walaupun begitu, toh akhirnya bapak itu harus kembali masuk Rumah Sakit!
Ketika saya mengunjunginya di rumah sakit, lagi-lagi Tuhan berbicara dalam hati saya, “orang ini akan meninggal”. Saya ingat pengalaman hampir dua tahun lalu dan saya kemudian coba menawar Tuhan, “masak sih Tuhan, harus jadi lagi seperti dulu?” Tapi suara Tuhan seperti terus terngiang-ngiang dan saya memutuskan untuk taat. Tanpa banyak bicara saya berdoa dan menyerahkan bapak itu kepada Tuhan. Setelah berbincang-bincang dengan istrinya dengan tujuan untuk membantunya supaya siap mengahadapi kemungkinan terburuk sekalipun, saya pun akhirnya pulang. Dan… selang beberapa jam kemudian saya dikabari bahwa bapak itu telah meninggal!
Kali ini saya tidak lagi mempertanyakan keputusan Tuhan. Saya serahkan semua hasilnya kepada Tuhan. Toh saya sudah lakukan apa yang dapat saya lakukan, hasilnya terserah Tuhan. Toh setiap jiwa Tuhan yang punya. Dan sekali lagi Tuhan buktikan bahwa keputusanNya tak pernah salah. Sudah hampir tiga bulan, istrinya setia datang beribadah di rayon yang saya pimpin dan mulai bertumbuh dalam imannya kepada Tuhan.
Kadang-kadang cara Tuhan bertindak sepertinya “gak nyambung” dengan jalan pikiran kita, sehingga banyak kali juga kita mengira bahwa tindakan Tuhan itu salah. Tetapi Dia selalu membuktikan bahwa tidak selamanya Dia bekerja menurut perkiraan kita. Dia Allah yang kreatif, punya banyak cara yang tak terpikirkan oleh kita untuk dapat membawa jiwa-jiwa datang kepadaNya. Yang terpenting bagi kita adalah kerjakan bagian kita sesuai dengan kehendakNya, dan serahkanlah hasilnya kepadaNya. Di situlah kita akan terpesona oleh cara kerjaNya yang luar biasa ajaib.

0 comments:

Post a Comment